…80 tahun di dunia…

Hari ini ibu Tjuk tepat berusia 80 tahun. Gue nggak pernah membayangkan akan hidup selama ibu. Tapi, gue juga nggak pernah bisa membayangkan kalau ibu tidak akan hidup selamanya. Untuk orang berusia 80 tahun, ibu cukup sehat. Keluhan yang dialami masih wajar-wajar saja, kayak sering lelah, punggung udah nggak bisa lurus lagi, kalau jalan udah nggak bisa cepat. Tapi di luar itu, ibu itu masih fit. Ya gimana yaaaaaaaaa, secara masih bisa bersihin kamar mandi sendiri, masih colongan naik tangga, potong rambut sendiri, dan yang juara itu ya masih bisa manjat pohon jambu!

Tahun ini, sebenarnya gue udah berencana untuk bawa ibu ke Masjidil Aqsa sebagai hadiah ulang tahun. Kalo tahun lalu kan hadiah ulang tahunnya berlibur ke Jepang karena ibu itu cerita kalo sejak muda belia, ibu ingin sekali lihat sakura dan budaya Jepang. Nah kenapa tahun ini gue pengen bawa ke Aqsa? Karena itu keinginan dia sejak dia pergi umroh pertama kali ama bapak. Tapi apa mau dikata. Manusia hanya bisa berusaha, tapi Tuhan yang berencana. Kami tiba di Jordan (sebagai tempat transit sebelum masuk Aqsa) siang hari pada tanggal 8 Maret, dan ternyata Jordan mengeluarkan larangan untuk menyeberang Israel tanggal 8 Maret di malam hari. Jadi mau nggak mau, kita hanya bisa jelajah Jordan. Kekecewaan jelas tergambar di raut wajah ibu, tapi mau bagaimana lagi? Kita hanya bisa pasrah ngalah, nrimo. Persoalan Corona ini benar-benar udah di luar kendali.

Gue sih masih berharap bisa bawa ibu ke Aqsa setelah semua urusan Corona ini selesai. Mudah-mudahan aja gue diberi kesempatan untuk mewujudkan keinginan ibu. Mohon doanya supaya ibu Tjuk selalu diberi kesehatan, dijauhkan dari penyakit, bahagia dan bisa menjejakkan kaki ke Aqsa yaaaaaaaaaaa…

…hanya dua digit…

Pukul 6 pagi. Mata mengerjap beberapa saat sembari mengumpulkan nyawa, melihat ke tempat tidur, kemudian kembali melihat jam dinding.

Hari ini, 31 Juli, dan gue bangun pagi di kamar tidur sendiri.

Buat gue yang sudah sekian lama tidak pernah ada di rumah saat ulang tahun, bahkan terakhir kali merayakan ulang tahun itu hampir 10 tahun yang lalu, apa yang gue alami pagi ini sedikit janggal. Gue diberi ucapan selamat ulang tahun, dicium ibu juga kakak gue di pagi hari.

Nggak ada yang spesial di hari ini selain gue bilang ke ibu kalo gue mau masakin dia. Gue mau masak nasi liwet biru dan tumisan isi kemangi, teri & tomat ijo.

Percakapan di malam Minggu

Ya itung-itung kasih ide dia buat ngado deh, daripada kayak tahun lalu, ujug-ujug kasih kalung. Sampe saat ini, gue tanya ibu beli kalung di mana, siapa yang nganterin, nggak mau ngasih tahu juga, cuma cengengesan. Jadi daripada dia keluar duit beli kado, mending suruh buatin bacem, hahahaaa… MURAH!

Setelah berkutat selama hampir 2 jam di dapur, masakan pun siap disantap. Saat sarapan ini pun, cukup “lucu” buat gue, karena sudah cukup lama gue menghabiskan sarapan di hari pertama bersama orang-orang yang sama sekali nggak tahu kalau gue ulang tahun di hari itu, tapi pagi ini, gue sarapan sama ibu. Ada sesuatu yang hilang dari ketidakhadiran orang-orang tak dikenal itu.

Serbuuuu….

Membalas ucapan-ucapan yang masuk via WAG juga salah satu yang nggak biasa buat gue, karena tempat gue melipir di ulang tahun itu biasanya tak bersinyal atau beda zona waktu. Untungnya, gue sudah ubah pengaturan di FB. Jadi ketika gue cek FB, hanya ada satu orang yang ingat ulang tahun gue, Doksin. Padahal Doksin ini baru gue kenal 6 bulan yang lalu.  Benar-benar di luar dugaan. Fitur ulang tahun di akun medsos lainnya, Path dan Twitter, tidak pernah gue aktifkan sejak semula.

Selain Doksin di FB, ada beberapa teman yang di luar dugaan gue, mengirim pesan ucapan ulang tahun pribadi di WA, bukan melalui grup. Senang, sudah tentu. Tapi lebih dari itu, membuat gue berintrospeksi, kenapa gue nggak bisa seperti mereka? Umumnya gue mengirim ucapan di grup atau FB karena ada notifikasi atau karena ada yang sudah duluan kirim ucapan. Terima kasih sudah memberi gue pelajaran bermanfaat hari ini ya!

Berhubung besok mau liburan, jadi siang ini gue pijat seluruh badan. Secara ya, gue bakal pergi 2 minggu. Nggak lucu banget kalo baru hari pertama tapi udah remuk. Pas banget setelah pijat, tetehku tersayang datang. Dia bawa kue sebagai kado ulang tahun. Yeaaaayyy…

Pada saat nulis, yang tersisa tinggal satu, haha…

Terharu, ampe bela-belain datang ke rumah selepas dia ngajar di Gandaria, padahal rumahnya di Pejaten. Tapi gue rasa juga karena dia kangen gue banget deh, secara sering banget mimpinya ada gue dan Beezers lainnya, hahahaa… Tapi gue seneng teteh bisa mampir ke rumah. Dia ini udah jadi semacam kakak buat gue. Dan selayaknya kakak, ya suka jadi korban bully dan tempat sampah, tempat gue buang kekesalan. Teteh ini jadi peredam gue, dan secara tidak langsung, berkontribusi cukup banyak untuk mengubah gue jadi orang yang lebih sabaran dikiiiiitttt…

Makasih teteh tersayang, teh Pipih, eh teh Fifiiiiiiiiiiiii…

Sekarang jam 19:00, berarti gue sudah 41 tahun 1 jam berada di dunia ini, menghirup udara yang diberikan Tuhan secara gratis.  Terima kasih Tuhan atas segala yang sudah diberikan ke gue dan keluarga ini. Terima kasih atas jalan hidup yang digariskan ke gue. Nggak ada satu pun yang akan gue sesali karena semua sudah diatur oleh-Mu.

Terima kasih untuk semua teman yang memberi ucapan dan memberi doa-doa yang sangat baik. Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan-Nya, diberi kesehatan, kebahagiaan dan rezeki melimpah ruah agar selalu bisa berbagi dengan sesama. Semoga kita juga selalu menjadi orang yang ingat akan diri-Nya, dan ingat bahwa suatu saat, kita akan menemui Sang Pencipta. Semoga bekal kita sudah cukup banyak saat harus menghadap-Nya.

Aamiin ya rabbal alamin…

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial